You
Nahar hanya bisa menggelengkan kepalanya saat perempuan di sebelahnya kembali mengucapkan kalimat yang sama untuk kesekian kalinya.
Langit malam yang dihiasi bintang-bintang seolah bertolak belakang dengan isi pikiran Vallen. Dengan ragu ia bertanya, “Gue gak usah dateng kali, ya?” Terhitung sudah tiga kali pertanyaan itu terlontar dari mulutnya. Bukan karena tidak ingin, tapi ia enggan kalau nantinya harus bertemu dengan kekasih dari mantan pacarnya itu.
Entah apa yang salah dengan hatinya, di sisi lain ia senang karena Jagat akhirnya bisa menemukan cintanya yang baru, namun ada perasaan aneh yang sulit dijelaskan dan Vallen tidak yakin dengan perasaan itu.
“Sekarang gini, alasan lo enggak mau dateng tuh, apa, sih? Sahabat lo lagi seneng harusnya lo ikut seneng dong!”
Nahar benar, disaat seperti ini seharusnya ia mengesampingkan ego dan gengsinya. Vallen seharusnya bisa memposisikan diri sebagai sahabat, bukan mantan pacar. Setelah bergelut dengan pikirannya sendiri, akhirnya dengan mantap Vallen meminta Nahar untuk segera meluncur ke tempat dimana Jagat akan manggung untuk pertama kali.
“He's so lucky,” celetuk Nahar tanpa disengaja.
“Hah?”
“Hah?”
“Lo ngomong apa tadi?”
Sebagai orang yang cintanya tak terbalas, tentunya ada rasa kecewa yang sempat hinggap di hatinya. Namun, dengan melihat orang yang dicintai bisa jatuh ke tangan yang tepat adalah penangkal kekecewaannya.
Bohong kalau selama ini Nahar baik-baik saja dengan hubungan kedua sahabatnya itu. Ia juga merasakan sakit yang tidak pernah ia ceritakan pada siapapun. Namun sekali lagi, melihat Jagat yang begitu tulus menyayangi Vallen membuat hatinya lebih tenang lantaran perasaan keduanya saling melengkapi.
Walaupun yang terlihat selama ini keduanya seolah seperti kucing dan anjing yang sulit akur, Nahar tau baik Jagat maupun Vallen sebenarnya saling menaruh hati satu sama lain. Hanya saja perasaan itu tertutup oleh gengsi keduanya yang begitu tinggi. Terkadang Nahar ingin mempertemukan mereka lalu mengurungnya supaya setidaknya ada waktu untuk membicarakan hal-hal yang seringkali menjadi penghambat komunikasi dua orang itu.
Yang membuatnya kesal adalah sifat buruk mereka yang selalu menghindar dari masalah dan memilih untuk mengakhiri semuanya sebelum mencoba untuk memperbaiki.
Namun meskipun demikian, nasib Jagat lebih beruntung lantaran cintanya tidak lagi bertepuk sebelah tangan. Dari kesalahpahaman yang terjadi Nahar bisa menarik kesimpulan bahwa Jagat telah berhasil membuka hati Vallen.
“Woy?! Ditanya kok malah bengong?”
“Lagi bawa mobil harus fokus, Len.”
Vallen mendecak kemudian kembali memerhatikan jalanan lengang malam ini. Otaknya sibuk memikirkan reaksi apa yang harus ia perlihatkan saat mendengar lagu yang Jagat nyanyikan nanti.
Tidak menutup kemungkinan untuknya akan bertemu dengan kekasih Jagat yang baru, ia juga harus membuat planning untuk itu.
“Har, menurut lo gue harus ramah atau jutek aja ke cewek barunya Jagat?”
Nahar cukup terkejut mendengar pertanyaan Vallen yang tiba-tiba itu, ia bahkan sampai menoleh untuk memastikan kalau Vallen tidak salah bicara. “Cewek baru?”
“Iya, cewek baru. Kalo gak salah namanya Salsa.”
Alih-alih menjawab rasa penasarannya, Vallen dibuat heran karena Nahar justru tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. “Kok malah ketawa, sih??”
“Lo berdua tuh ya, kalo gak ada misunderstanding kayaknya gak lengkap banget kisahnya!”
“Apaan, deh? Lo tinggal jawab aja pertanyaannya gue, kenapa muter-muter gini?”
“Mending lo sekarang duduk manis aja, jangan mikirin apapun dan dapetin jawabannya nanti disana,” ujar Nahar yang kembali fokus menyetir.
Akhirnya Vallen menuruti perkataan Nahar dan mencoba untuk membuang segala prasangka buruk dari pikirannya.
“I'll be there as his best friend, not his ex.“
Selain gengsi yang besarnya sebesar harapan orang tua, rupanya sikap denial juga menjadi faktor utama kegagalan kisah cinta yang selama ini Vallen jalani. Walaupun baru dua kali memiliki hubungan lebih dari teman dengan laki-laki, namun pengalaman yang sangat sedikit itu telah memberikan pelajaran besar bagi dirinya.
Setelah mengalami pahit manis kisah cintanya, Vallen menjadi lebih mengenal dirinya sendiri dan memiliki keinginan besar untuk memperbaiki sifat buruknya itu demi menghindari kegagalan yang lain.
Saat ini, di depan panggung besar yang telah dihadiri oleh banyak orang Vallen menonton aksi panggung Jagat dengan perasaan campur aduk.
Bangga sekaligus senang melihat laki-laki itu tampil maksimal dan penuh pesona dengan kaus putih yang fit badan dipadukan outer cokelat, celana yang tak kalah nyentrik juga menarik perhatiannya. Ditambah lagi dengan rambut yang hari ini ditata sedemikian rupa, sampai-sampai membuat Vallen salah fokus dengan visualisasi Jagat malam ini.
Lampu panggung mengarah ke posisi center yang tak lain dan tak bukan adalah tempat Jagat berdiri. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling panggung, mencari satu penonton spesial yang menjadi alasannya berdiri disana.
Di tengah-tengah penonton yang lain, Vallen, Kesya, Reihan, Nahar, dan Darrel tengah antusias menantikan penampilan salah satu sahabat mereka. Saking antusiasnya bahkan masing-masing dari mereka membawa banner dengan wajah Jagat yang terpampang jelas. Sebenarnya itu merupakan ide Darrel tanpa sepengetahuan teman-temannya.
Vallen berdiri dengan canggung sambil membentangkan banner bertuliskan, “I LOVE YOU, JAGAT!” Jangan tanya siapa yang memberikan banner itu karena sudah jelas siapa pelakunya. Darrel.
Keduanya saling melempar pandang bersamaan dengan alunan musik yang mulai memenuhi area panggung.
“There is so much in your eyes that says to me.“ “You feel the same way like I do.“ “But why did you hide it?“
Seperti seseorang yang sedang bertanya-tanya, raut wajahnya menunjukan kebingungan yang seolah tidak ada jalan keluarnya.
“You are the girl I've been looking for.“ “You, only you can understand me.“
Lirik itu menyampaikan pesan tersirat untuk seseorang yang kini tengah berpikir keras, kenapa Jagat harus membuat lagu yang seperti ini? Seakan-akan Vallen adalah pusat dunia baginya.
“I know you know.“ “I love you, baby!“ “*I know you know “ “I love you, baby!*”
Mendengarnya membuat Vallen langsung teringat momen dimana Jagat menyanyikan lagu itu untuk pertama kali di depan dirinya.
“I just wanna you to know,“ “You're my sunshine in the sky“
Tiba-tiba musik berhenti, lampu panggung pun tak lagi menyoroti bintang utama malam ini melainkan bergerak perlahan ke arah Vallen yang semakin bingung dengan apa yang terjadi.
Lalu tanpa alunan musik Jagat mulai mendeklarasikan perasaannya di hadapan banyak orang.
“Hey, since we know each other, I become more alive because of you.“ “My life is no longer lonely and it's because of you.“ “You, I want to tell you something, that I never say to other girls.“
Saat ini, semua mata tertuju pada Vallen yang masih disoroti lampu panggung. Menjadikannya terlihat seperti tokoh utama dalam serial komik percintaan.
Penonton mulai bersorak manakala si bintang utama turun dari panggungnya dan berjalan gagah menghampiri sang pujaan hati.
“I love you, I really do.“
Tepuk tangan dan sorakan mulai memenuhi ruang terbuka itu, membuat senyum Jagat mengembang karena rencananya berjalan dengan lancar.
Jagat kembali menyanyikan lirik ikoniknya diiringi musik yang sepertinya diperbesar volumenya.
“I know you know.“ “I love you, baby!“ “I know you know.“ “I love you, baby!“
Diraihnya tangan Vallen yang telah berkeringat dingin, Jagat sedikit terkekeh menyadari Vallen yang segugup ini.
“Vallen, I never stopped loving you, can we get back together like before?”
Seperti sudah dibriefing sebelumnya, semua orang disana lantas bersorak, “Balikan, balikan,” berkali-kali.
Setelah banyaknya sangkalan perasaan yang Vallen rasakan, ia mulai menyadari bahwa dirinya pun ternyata tidak pernah benar-benar menghilangkan perasaannya untuk Jagat. Sangat ingin lisannya mengiyakan pertanyaan terakhir yang laki-laki itu lontarkan, taoi fakta yang Vallen ketahui bahwa ada perempuan lain yang telah menggeser posisinya membuat ia urung mengatakan satu kata itu.
Namun Vallen juga tidak ingin mempermalukan Jagat dengan menolaknya secara gamblang di depan semua orang. Alhasil ia hanya memberikan senyuman terbaiknya–senyum yang sudah lama tidak Jagat lihat lalu dengan halus memintanya untuk kembali ke panggung dan menyelesaikan penampilannya.
Yang Vallen lakukan itu ternyata dianggap sebagai respon positif olehnya, Jagat pun kembali naik ke atas panggung untuk melanjutkan nyanyiannya yang belum selesai.
“You, I want to tell you something, that I never say to other girls,“ “I always love you, you are all I want, you.“
Disaat semua orang memberikan tepuk tangannya untuk mengapresiasi berakhirnya panggung pertama Jagat, Vallen justru mundur dari kerumunan orang tanpa disadari oleh yang lain dan hanya Jagat yang melihat itu. Ingin mengejarnya, namun Jagat tidak bisa langsung meninggalkan panggung karena setelah ini ia harus melangsungkan wawancara eksklusif dengan beberapa awak media.
Meskipun dirinya tengah dilanda kebingungan, Jagat tetap profesional melakukan sesi wawancara malam itu.