Unspoken feelings
Jelita's POV
Netraku menangkap tatapan yang berbeda dari matanya. Berbeda dari hari-hari biasanya, seperti ada sesuatu yang ingin ia sampaikan lewat tatapannya yang teduh itu. Namun, setelah bermenit-menit lamanya kami saling melempar pandang, tak ada sepatah katapun yang Panji ucapkan.
“Sayang, kenapa?” tanyaku lalu menggenggam tangannya yang mengepal.
Alih-alih menjawab pertanyaanku, Panji justru memajukan tubuhnya lalu menangkup wajahku dengan tangan dinginnya.
Kemudian dengan suara lirih Panji berbisik, “I love you.” Napasku tercekat saat bibirnya yang tebal menyentuh milikku.
This is not our first time.
Oleh karena itu, aku tau hal apa yang harus aku lakukan selanjutnya. I wrapped my arms around his neck and then kissed him softly.
Berbanding terbalik dengan yang kulakukan, pergerakan bibir Panji terkesan tergesa-gesa seolah ini adalah ciuman terakhir kami. Aku sampai tidak bisa mengimbangi permainannya lantaran tidak terbiasa dengan ritme ciumannya kali ini.
Mungkin dirinya telah merindu dikarenakan lama tidak bertemu, mungkin juga ia hanya begitu menyukai rasa manis bibirku.
“Ji..”
Aku melepaskan tautan bibir kami kala merasa pasokan oksigen di sekitarku semakin menipis.
“Kamu kenapa, sih?” Pertanyaan yang sama aku lontarkan untuk kedua kalinya karena aku merasa Panji hari ini benar-benar berbeda dari biasanya.
Sejak menginjakkan kaki di apartemen miliknya sampai duduk berhadap-hadapan di ruang tengah sekarang. Perlakuan Panji hari ini begitu kontras dengan yang biasa laki-laki itu lakukan.
Aku lantas kembali meraih tangannya untuk kemudian aku genggam. “Mau cerita nggak?” tanyaku yang lagi-lagi tidak dijawab olehnya.
“Can you stay here?“
“Sampe besok?” Panji mengangguk, dirinya meminta aku untuk bermalam disini.
Aku pun mengiyakan kemauannya yang sangat jarang ia pinta itu. Selama dua tahun menjalin hubungan dengannya, berapa kali kami tidur bersama bisa dihitung jari. Itupun hanya di saat-saat tertentu saja.
“Ya udah, kamu ke kamar duluan, gih. Nanti aku nyusul,” ucapnya lirih.
Aku tidak tau apa yang mengganggu pikiran laki-laki jangkung itu sampai membuat sikapnya hari ini terasa berbeda. Aku harap bukan hal besar, semoga saja.