Party.
“Pake baju gue mau kan?”
Vallen bergeming beberapa saat sebelum Jagat melempar kaus hitamnya ke wajah yang masih full make up itu.
“Mau gak mau harus mau. Lo nggak boleh tidur pake baju itu.”
“Emang kenapa?”
“Bahaya,” Jagat mengalungkan celana trainingnya ke leher Vallen. “Di kamar mandi ada sabun muka, pake aja. Lo bersih-bersih dulu, temuin gue di luar kalo udah beres.” lanjutnya kemudian meninggalkan Vallen di kamarnya.
Vallen cukup lama menghabiskan waktu di kamar mandi. Ia berkali-kali merutuki dirinya sendiri karena dengan bodohnya telah mengakrabkan diri dengan Cakra.
“Awas ya lo kalo ketemu gue di kampus, dasar ceker!” umpatnya di depan cermin kamar mandi.
Ia keluar menemui Jagat di luar kamar. Dilihatnya Jagat yang sedang duduk bersila di lantai dengan beberapa cemilan dan minuman kaleng di dekatnya.
Canggung dan sunyi menyelimuti keduanya. Sebelum ini mereka memang pernah beberapa kali berduaan di apartemen Jagat, namun tidak pernah terlintas dipikiran Vallen ia akan tidur di apartemen ini.
“Si ceker bisa dihubungin gak?” tanya Jagat, memecah keheningan di antara keduanya.
“Dia blokir semua sosmed gue.”
Jagat sebenarnya sudah gatal ingin membeberkan kelakuan Cakra, namun ia takut Vallen akan lebih sakit hati jika mendengar dirinya dijadikan bahan taruhan.
“Ya udah lah, lupain. Emang gak serius sama lo kali.”
Vallen mengangguk lemah dengan mulutnya yang penuh biskuit.
“Kita party disini aja, besok lo gak ada kelas kan?”
“Ada, tapi siang sih.”
“Ya udah kita party berdua, gimana?”
“Lo punya apa?”
“Soju.”
“Gas!”