dzakinan


cw // kissing

Sudah terhitung selama kurang lebih 3 bulan saling mengenal, hubungan Dzaki dan Kinan kini menjadi lebih dekat. Namun belum ada status khusus yang mengikat hubungan keduanya. Walaupun begitu, baik Dzaki maupun Kinan tidak terlalu meributkan perihal status tersebut.

Dzaki seringkali bertingkah dengan tiba-tiba mengatakan ingin berpacaran dengan Kinan. Tapi Kinan selalu menanggapi ucapannya dengan kalimat candaan yang sialnya tidak dianggap sebagai candaan oleh si pemilik nama belakang Fachrezi itu.

Sejujurnya, Kinan juga sedikit menaruh hati padanya. Ia menemukan kenyamanan setiap kali bertemu atau berinteraksi dengan Dzaki. Namun kedekatan keduanya yang belum lama menjadikan Kinan agak ragu untuk langsung menerima ajakan kencan dari Dzaki.

“Ki, are you really comfortable if we kiss? Sebenernya tadi iseng doang sih, tapi lo nya malah nge-iyain.” Dzaki tertawa renyah, memamerkan gummy smile yang menjadi ciri khas senyumannya.

“Ya.. Lo udah disini, mau gimana lagi?”

Di dalam kamar kos Kinan, di atas kasur lantai keduanya saling melempar pandang. Bicara dari hati ke hati, meyakinkan diri masing-masing untuk menyatakan cinta lewat pertemuan dua bibir untuk pertama kalinya.

Dengan kedua alis yang terangkat Dzaki meminta izin melalui raut wajahnya. Anggukan kecil Kinan pun menjadi sinyal untuknya bergerak. Mendekatkan wajahnya pada gadis yang duduk di depannya, lantas menautkan bibirnya dan milik Kinan dengan hati-hati.

Setelah beberapa saat, barulah perlahan Dzaki mulai berani menyesap bibir pink alami tersebut. Tidak ada pergerakan yang berarti dari perempuan yang mengenakan sweater orange ini, membuat Dzaki melepaskan tautannya.

Is it your first time?

Kinan menggeleng kemudian menjawab, “I'm just nervous.” Dirinya menutup wajahnya malu kala kekehan kecil dari Dzaki menyapa telinganya yang memerah.

“Lucu banget sih, Ki??”

“Diem, deh! Mau lanjutin nggak?”

Dzaki terlihat berpikir sejenak, lalu ia tersenyum jahil. “Lanjut nanti aja kalo udah resmi pacaran.”

Laki-laki berkulit putih bersih itu beranjak dari duduknya, berjalan semangat ke kursi belajar yang letaknya di depan jendela.

“Mau ngapain, Ki?”

“Mau liat buku-buku calon ibu dokter,” jawab Dzaki.

Sore itu mereka habiskan dengan saling bercerita. Kinan menceritakan suka dukanya menjadi mahasiswi, sedangkan Dzaki berbagi pengalamannya selama gapyear.