22.00
“Duh, nyusahin aja deh.”
Walaupun menggerutu, perempuan yang sudah memakai piyama itu tetap menghawatirkan keadaan sahabatnya.
Setelah dikirimi titik lokasi oleh Fajar, dirinya langsung mengambil hoodie dan memesan taksi online.
Berbagai kemungkinan jelek mulai menggerayangi pikiran Vallen. Ia tidak tau masalah apa yang tengah Jagat hadapi sampai dirinya harus berurusan dengan alkohol.
Jagat dan alkohol memang bukan hal yang baru, laki-laki itu bukan baru berkenalan dengan minuman yang memabukkan tersebut.
Namun yang Vallen tau, Jagat tidak bisa mengontrol dirinya begitu sudah di bawah pengaruh alkohol.
Oleh karena itu Vallen bertanya-tanya kekacauan apa saja yang sudah Jagat lakukan di sana.
Sesampainya di lokasi, Fajar telah menunggu di depan club yang ramai itu, sehingga dirinya tidak perlu repot-repot masuk ke dalam untuk menemuinya.
Fajar berseru saat Vallen keluar dari taksi, “Akhirnya dateng juga guardian angel si Jagat!”
Vallen hanya menggeleng lalu ikut berjongkok di depan Jagat yang menundukkan kepalanya.
“Dia di dalem teriak-teriak, makanya gue bawa keluar. Dia juga udah 3 kali muntahin baju gue.” ujar Fajar tanpa diminta.
“Terus mau diapain manusia satu ini?”
“Kita bawa dia ke apart, tapi gue ngikutin di belakang aja naik motor. Nanti lo pulangnya gue anter, biar gue yang nemenin Jagat di apart-nya.”
“Gapapa lo bolak-balik gitu?”
“Jagat yang nyuruh.”
Setelahnya Fajar membopong tubuh Jagat masuk ke dalam taksi diikuti Vallen di belakangnya.
“Rrrr, dingin.” bisik Jagat yang langsung menyenderkan kepalanya ke bahu Vallen.
Laki-laki yang wajahnya telah memerah itu mengeratkan jaketnya dan semakin mendekatkan tubuhnya membuat Vallen harus menahan napas karena bau alkohol yang menguar. “Abis ini lo kena sama gue, Jagat!” batinnya.
Laki-laki pemilik nama belakang Adigdaya itu menjadi lebih manja seperti anak kecil. Sedikit lucu namun Vallen lebih ingin memukul kepalanya karena demi apapun itu sangat menjengkelkan baginya.
Sama seperti sekarang, tangan kirinya mengalung di leher Fajar yang membantunya berjalan. Namun tangan kanannya tetap tidak melepaskan genggaman tangan Vallen.
Ketiganya masuk setelah Vallen menekan pin pada smart lock unit apartemen milik Jagat lalu membaringkan tubuh berotot laki-laki itu di atas tempat tidurnya.
“Gue mau ganti baju, lo temenin dia sebentar ya.” kata Fajar yang dibalas anggukan oleh Vallen.
Dirinya menatap Jagat yang terlelap, nampak damai dengan matanya yang terpejam tenang.
Saat Vallen ingin menyelimuti Jagat, tiba-tiba satu panggilan masuk ke ponselnya.
Pukul 22.00 dan panggilan dari papa.
Baru ingin beranjak untuk menerima panggilan, tangannya ditahan oleh tangan dingin Jagat.
“Vallen, i love you, but you're not mine.“
Vallen bergeming kala kalimat itu menyapa telinganya sampai nada dering di ponselnya berhenti berdering.
“Dia itu naksir berat sama lo. Kalian berdua kenapa gak pacaran aja sih?” tanya Fajar yang baru keluar dari kamar mandi.
Vallen lantas menghempaskan tangan Jagat. “Yang naksir berat kan Jagat doang, gue nggak.”
Setelah itu Fajar langsung mengantar Vallen pulang, sesuai amanah Jagat.
Tanpa mereka sadari, sebenarnya Jagat tidak benar-benar terlelap dan mendengar percakapan keduanya.
“Shit!“